5 Kendala dalam Merumuskan Formulasi Gaji

Ketika suatu perusahaan berbicara tentang bagaimana melakukan proses formulasi terhadap gaji yang ditetapkan oleh perusahaan.  Banyak permasalahan yang menyebabkan mengapa proses perumusan gaji atau renumerasi dalam perusahaan sulit untuk diaplikasikan sesuai dengan standar persyaratan.

(1) Konsep strategi perusahaan yang statis

Pengembangan strategi perusahaan yang status tanpa ada ada dinamikan untuk perkembangan maupun pertumbuhan bisnis menjadi suatu bentuk halangan terbesar. Otomatis organisasi dalam perusahaan terbatas untuk berkembang dan karyawan akan terjebak dalam kondisi pekerjaan yang statis tanpa pengembangan.  Pengalaman dari organisasi dan sdm yang ada dalam perusahaan itu sendiri menjadi tidak berkembang dan tentu saja akan mengakibatkan sulitnya untuk menetapkan gaji optimal yang sesuai dengan standar persyaratan pengalaman kerja apabila disesuaikan dengan kondisi pasar yang ada di luar.  Perusahaan sendiri secara internal kesulitan untuk menggaji karyawan karena dalam aspek pemahaman bisnis pun mengalami kesulitan.

(2) Tidak tersedia penetapan uraian kerja yang tepat

Dalam beberapa perusahaan, banyak individu yang bekerja dalam artian multitasking yang mana individu itu sendiri akan menjadi kebingungan sendiri apabila dipertanyakan mengenai uraian pekerjaan. Terlalu banyak pertumbuhan bisnis dan proyek yang dijalankan akan mengakibatkan individu yang ada dalam perusahaan mendapatkan konsep dan aspek yang sangat fluktuatif pada beban kerja yang ada.  Kondisi ini dapat mengakibatkan adanya kesulitan untuk melakukan adanya masalahan dalam mengevaluasi terkait dengan kompensasi gaji yang berdasarkan standar persyaratan yang kemudian akan membuat adanya masalah dalam penetapan gaji pokok.

(3) Alokasi penyusunan individu dalam organisasi

Perusahaan yang tidak melakukan proses penetapan jenjang karir yang tepat dalam perusahaan dapat memberikan resiko adanya kesulitan untuk menetapkan formulasi gaji.  Sangat tidak elok apabila seorang individu karyawan tidak dimanusiakan dalam proses pengembangan karirnya dan terhenti dalam suatu jabatan dalam waktu 10 tahun.  Kondisi ini sendiri justru akan menyebabkan permasalahan karena adanya potensi penempatan gaji individu yang ada dalam perusahaan menjadi sangat tinggi bahkan dapat melebihi nilai gaji dalam jabatan tersebut.

(4) Proses perumusan yang salah

Salah satu masalah lainnya yang menjadi kendala dalam pementaan gaji adalah perumusan yang salah.  Konsep penetapan renumerasi harusnya melihat kaitan antara beban kerja, kompetensi dan lamanya waktu individu tersebut bekerja dalam perusahaan.  Beberapa kondisi menunjukkan bahwa perumusan tabulasi internal yang salah dapat menyebabkan konsep dan pengembangan strategi formulasi menjadi tidak tepat.

(5) Formulasi yang tidak mempertimbangkan performa kerja

Performa kerja yang ditetapkan dalam perusahaan tidak melihat aspek kondisi dari performa kerja individu itu sendiri.  Hal ini dapat mengakibatkan kondisi performa kerja menjadi tidak optimal dan justru dapat mematikan motivasi kerja serta di lain pihak menurunkan konsep pengelolaan budget yang tepat.

Lakukan proses pendesainan dan perumusan formulasi gaji yang tepat sesuai dengan standar persyaratan yang tepat dalam proses alokasi dan pengembangan organisasi.  Pencarian referensi eksternal yang tepat dalam proses penetapan formulasi gaji dapat lebih mengoptimalkan nilai dari bisnis anda. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Menyusun Evaluasi Program Training

Ketika suatu perusahaan menjalankan kegiatan pelatihan, sangat penting bagi perusahaan untuk dapat mendesain program evaluasi pelatihan secara tepat.  Bagaimanakah langkah-langkah yang tepat untuk menyusun program evaluasi pelatihan yang efektif?

Langkah pertama: Memahami tujuan dari pelatihan

Ketika kita menyusun suatu program evaluasi, hal yang terpenting adalah memahami terlebih dahulu tujuan dari program pelatihan itu dilakukan. Khususnya apabila pelatihan tersebut berbasiskan kompetensi, tentu evaluasi ini akan menjadi point kritikal yang menjadi suatu pengembang strategi dari peningkatan personnel grade karyawan.

Langkah kedua: memahami teknik pengujian

Memahami suatu proses dari penyusunan teknik pengujian.  Tidak semua evaluasi dapat dilakukan dengan paper examination, banyak kegiatan pelatihan dilakukan dengan menggunakan sistem penerapan dan pengembangan dari uji praktek bahkan penilaian 360 derajat khususnya apabila penilaian tersebut meliputi proses dari evaluasi soft competency.

Langkah ketiga: melakukan penetapan tindak lanjut program evaluasi

Tindak lanjut dari penerapan program evaluasi menjadi suatu proses yang penting untuk melihat bagaimana suatu tahapan proses menjadi penting untuk menindaklanjuti masalahan individu karyawan ketika pelatihan tersebut tidak sesuai dengan target dan tujuan yang diharapkan.  Pelatihan ulang ataupun bentuk on the job training yang tepat dapat menjadi alternatif dari tindakan lanjutan.

Bagamanakah proses evaluasi pelatihan itu dijalankan di perusahan Anda.  Lakukan proses pengembangan strategi evaluasi pelatihan yang tepat untuk dapat mengoptimalkan konsep dan program pelatihan di dalam perusahaan Anda. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Pengembangan Produk Baru dalam Konsep Manajemen Keamanan Pangan

Dalam industri pangan, proses pengembangan terhadap produk baru adalah inovasi penting yang tidak boleh dianggap remeh. Proses pengembangan produk adalah langkah strategis yang harus dilakukan oleh industri pangan untuk mengoptimalkan posisi industri tersebut dalam persaingan di antara industri pangan lainnya.  Lalu bagaimana konsep pengembangan produk ini diaplikasikan ke dalam konsep manajeman keamanan pangan yang berhubungan dengan program HACCP dan Sistem ISO 22000.

(1) Pentingnya pengkajian keamanan pangan sebelum menjalankan proses pengembangan produk baru

Dalam setiap kegiatan pengembangan produk baru, ada baiknya dilakukan proses pengkajian untuk melakukan proses pengamatan terhadap komposisi produk baru yang dimaksudkan tersebut, resiko dari bahan baku maupun proses yang beresiko terhadap pelanggan.

(2) Pengkajian regulasi dari pengembangan produk baru tersebut

Otomatis dalam regulasi pemerintahan, proses pengembangan produk baru harus mematuhi prosedur dan persyaratan kepatuhan yang terkait dengan produk baru yang dimaksudkan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pemastian jaminan keamanan pangan dari komposisi produk dan sistem pelabelan sesuai dengan standar persyaratan.

(3) Penyusunan dan implementasi dokumen keamanan pangan

Melakukan proses perumusan dan penetapan konsep dari sistem dokumentasi, prosedur, Standard Operating Procedure dan form kerja serta catatan kerja terkait lainnya yang berhubungan dengan sistem manajemen keamanan pangan dalam perusahaan. Dimana dalam pembuatan produk baru, skema sistematis dokumentasi juga perlu dikembangkan untuk mengoptimalkan aplikasi dan pengembangan sistem manajemen yang ada dalam perusahaan.

Lakukan proses pengembangan dan aplikasi yang tepat dalam penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan dalam perusahaan Anda.  Konsep pengembangan dan implementasi dari pemahaman keamanan pangan ini menjadi suatu bentuk persyaratan mutlak dan penting untuk dipastikan dijalankan terkait dengan komitemn ISO 22000. Dengan komitmen ini, peningkatan bisnis dan kepercayaan konsumen terhadap bisnis Anda akan dapat secara lebih optimal meningkat. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Strategi Pengembangan Hasil Industri Perikanan untuk Pasar Lokal

Industri perikanan di Indonesia merupukan salah satu keunggulan bisnis negara untuk mengembangkan komoditas ekspor.  Baik itu melalui pengolahan dengan tingkat teknologi tinggi maupun tidak, segmentasi ekspor perikanan di dunia internasional menjanjikan konsep pasar yang cukup menjanjikan.  Pengembangan maupun aplikasi dari konsep pengembangan teknologi perikanan ini memberikan gambaran cukup baik mengenai penerimaan industri perikanan untuk pasar ekspor.

Sebegitu tingginya animo untuk melakukan proses ekspor pada produk perikanan membuat pelaku industri terlena dan lupa untuk menggarap pasar lokal, yang mana memberikan peluang yang juga tinggi dalam konsep penyerapannya.  Sedikit lebih unik dibandingkan dengan pasar ekspor, potensi pasar lokal dapat lebih berkembang sejalan dengan optimalisasi pengembangan manajemen retail.

Nilai konsumsi terbesar adalah pada pasar tradisional namun dengan mengembangkan pendekatan modern, proses pengembangan produk langsung jadi (fast food) sederhana memiliki potensi yang besar digabungkan sejalan dengan konsep franchise yang tersebar di beberapa lokasi retail modern.  Produk jadi pada konsumen lokal memberikan banyak rangsangan yang lebih menarik dibandingkan dengan mengembangkan produk baku yang siap untuk dimasak. Tertarik untuk mengembangkan industri perikanan lokal. Lakukan proses pencarian referensi eksternal yang tepat untuk proses optimalisasi dan pengembangan komoditas industri perikanan lokal yang dimaksud. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Penyusunan Leadership Development Program dalam Perusahaan

Dalam suatu diskusi, ditemukan seorang Senior Manager mengeluhkan mengenai tata cara pengendalian terhadap karyawannya.  Salah satu keluhan penting yang dikemukakan adalah bahwa ternyata bawahannya tidak dapat mengerti posisinya sebagai bawahan.  Secara berseloroh  ia berkata bahwa memang banyak ditemukan pelatihan mengenai kepemimpinan namun tidak ada pelatihan untuk menjadi anak buah.

Menarik memang bagaimana pola kepemimpinan dalam perusahaan terbentuk.  Banyak perusahaan melakukan proses rekruitmen langsung untuk posisi pimpinan lebih memprioritaskan pada penguasaan aspek teknikal, seperti apakah individu yang menjadi pimpinan tersebut dapat mencapai target kerja, omset tercapai, efisiensi terpenuhi dan yang pasti profit dari perusahaan meningkat.  Perusahaan kadangkala melupakan bahwa proses leadership dalam perusahaan harus terbentuk secara tepat kadangkala justru menyentuh kepada aspek yang bersifat intangible, suatu tahapan proses yang sulit untuk terukur secara tepat. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diimplementasikan dalam perusahaan untuk mengembangkan konsep leadership dalam perusahaan itu sendiri.

(1) Proses pengembangan kompetensi leader

Perusahaan harus merumuskan terlebih dahulu kompetensi-kompetensi seperti apa saja yang ditetapkan untuk posisi leader yang dimaksud.  Baik itu soft competency dan technical competency. Keseimbangan terhadap dua kompetensi ini harus sangat kuat diuraikan dalam konsep kompetensi kepemimpinan yang dimunculkan pada setiap posisi jabatan yang ada dalam aspek struktur organisasi yang ada dalam perusahaan itu sendiri.

(2) Proses penyusunan program pelatihan

Program pelatihan harus dibuat dengan konsep berbasiskan kompetensi, pengembangan dalam bentuk mekanisme lanjutan seperti proses coaching dan counseling sangat dibutuhkan.  Perusahaan harus menetapkan tim internal yang kuat sebagai tutor dari konsep kepemimpinan yang ada dalam setiap segmentasi organisasi yang ada.

(3) Proses evaluasi

Melakukan pengembangab mekanisme sistem evaluasi sebagai bentuk tahapan penting untuk memastikan konsep kepemimpinan tersebut dipahami dan terimplementasi secara kuat dalam setiap lini. Program yang ada harus dipastikan terealisasi secara sinergis dengan mekanisme kerja dari perusahaan itu sendiri.

Lakukan proses perumusan dan implementasi konsep leadership development program yang tepat dalam bisnis Anda.  Pastikan bahwa perusahaan Anda dapat secara optimal berkembang dalam waktu jangka panjang dan mencetak kepemimpinan internal yang kuat. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Desain Sistem Punishment yang Tepat dalam Perusahaan

Salah satu masalah terbesar yang seringkali muncul dalam perusahaan adalah sulitnya untuk menegakkan kedisiplinan pada karyawan.  Perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang kadangkala terlalu memprioritaskan pada aspek output dan keuntungan sehingga lalai dalam menetapkan dan menegakkan kedisiplinan dalam perusahaan itu sendiri.  Lalu bagaimana langkah yang tepat yang dapat dilakukan dalam proses pendesainan sistem punishment yang ada dalam perusahaan itu sendiri.

(1) Mengembangkan sistem punishment ke dalam sanksi administratif

Salah satu langkah yang paling tepat untuk dilakukan pada perusahaan adalah dengan melakukan proses penetapan sistem punishment yang dimaksud ke dalam suatu bentuk aturan tertulis dimana setiap sanksi yang muncul dikelola secara administratif.  Catatan dievaluasi dan dimonitor secara tepat agar kesalahan tidak terulang kembali.

(2) Konsep pengembangan pelatihan dan konseling

Punishment yang tidak dilanjutkan dengan tindakan perbaikan sebagai proses perbaikan dari inti masalah akan memperburuk kondisi dan menurunkan motivasi kerja.  Karena bisa saja permasalahan yang muncul tersebut disebabkan adanya kesalahan dalam proses pengelolaan organisasi yang dijalankan di lapangan.

(3) Tindakan tegas

Tindakan tegas dan tidak membela pihak-pihak tertentu adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kondisi ketidaksesuaian yang ada disikapi secara jelas.  Ketidakjelasan justru akan memunculkan inkonsistensi dan dapat mencetus terjadinya konflik di masa yang akan datang. Tindakan tegas harus dibarengi peraturan dan sistem yang jelas sehingga tidak terkesan emosional dan memihak hanya pada salah satu karyawan saja.

Menarik bukan? Sudah waktunya perusahaan Anda menetapkan desain sistem punishment yang tepat sehinggan performa dan kinerja akan menjadi optimal dan memberikan produktivitas yang tinggi bagi perusahaan. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

5 Kesalahan dalam Menetapkan Sistem Kompensasi dalam Perusahaan

Banyak perusahaan yang gagal menetapkan sistem kompensasi yang tepat dalam binsisnya.  Kesalahan yang muncul dapat menyebabkan adanya penilaian aspek budget yang melebihi standar persyaratan dan tidak diikuti dengan manajemen performa yang sesuai dengan nilai budget yang dikeluarkan.  Tercatat adanya 5 kesalahan yang merupakan problem terbesar dalam penyusunan sistem kompensasi dalam perusahaan.

(1) Tidak tersedianya detail uraian kerja

Konsep dan pengembangan sistem kompensasi yang tidak disertai dengan uraian kerja yang tepat dapat menyebabkan konsep pengembangan kompensasi tidak mengikuti beban kerja yang ada dalam individu.  Pada beberapa kasus, konsep kompensasi yang tidak disertai dengan beban kerja dan resiko yang muncul dapat menyebabkan permasalahan terhadap uraian kerja.

(2) Memperhitungkan nilai pasaran kompensasi

Menetapkan status kompensasi juga harus memperhatikan bursa pasar kerja yang ditetapkan dalam perusahaan.  Pertimbangan ini dilakukan untuk mencegah kemunculan adanya resiko turn over karyawan yang ditetapkan sesuai kompensasi yang ada.

(3) Mempertimbangkan jalur karir

Penetapan sistem kompensasi harus didasarkan pada acuan jalur karir yang ditetapkan dalam perusahaan.  Pertimbangkan pengalaman dan usia kerja karyawan, jangan menetapkan unsur kompensasi hanya berdasarkan beban resiko saja karena karyawan sendiri perlu untuk terlibat dalam proses pengembangan karir.  Dimana karir harus menjadi prioritas penting di luar kompensasi.

(4) Tidak selaras dengan performa

Perusahaan yang menetapkan sistem kompensasi dengan tidak mengkaitkan dengan sistem manajemen performa akan menyebabkan rendahnya stimulus dari karyawan itu sendiri untuk mengembangkan aspek performa yang ada dalam perusahaan.  Karyawan tersebut menjadi demotivasi dan mengalami masalah untuk meningkatkan aspek karir dalam pekerjaannya.

(5) Tidak adanya sistem penetapan insentif

Perusahaan harus dapat mengkondisikan karyawan sebagai business owner dari perusahaan itu sendiri.  Adanya konsep stimulus bonus dan pembagian keuntungan yang tepat akan menyebabkan karyawan mendapatkan pemahaman optimalisasi dari kinerjanya untuk mendapatkan profit yang setinggi-tingginya.

Mulailah untuk memperbaiki sistem kompensasi yang ditetapkan dalam manajemen perusahaan.  Kembangkan dan lakukan pencarian referensi eksternal yang tepat agar bisnis Anda dapat terkelola secara optimal. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Pengembangan Pelatihan Berbasiskan Kompetensi

Banyak dan seringkali kita mendengar informasi mengenai pelatihan berbasiskan kompetensi, apakah itu?  Dasar muasalnya mengapa dikembangkan pelatihan dengan sistem berbasiskan kompetensi.  Banyak hal yang sangat menarik yang bisa dikaji dari pelatihan. Bagi beberapa organisasi, sangat dibutuhkan suatu konsep yang melatarbelakangi mengapa pelatihan itu perlu diadakan.  Beberapa faktor yang bisa diketengahkan terkait dengan kebutuhan akan pengadaan program pelatihan tersebut: (1) Kebutuhan dari standar kualifikasi pekerjaan, dimana perusahaan mempersayaratkan agar ketika masuk ke dalam suatu posisi atau jabatan tertentu, seorang individu diharuskan untuk mengikuti pelatihan yang dimaksud, seperti pada posisi manajerial atau pekerjaan dengan teknis tertentu dalam mengoperasikan suatu mesin (2)  Memastikan bahwa pelatihan yang ditujukan kepada karyawan tersebut telah sesuai dan efektif untuk individu karyawan dalam menjalankan status pelatihan yang dimaksud.

Untuk lebih jelasnya, jenis pelatihan terdapat dua jenis pelatihan, yaitu pelatihan berbasis kompetensi dan pelatihan tanpa berbasis kompetensi.  Apa bedanya? Dalam pelatihan berbasis kompetensi, tujuan yang paling mendasar adalah memastikan bahwa unit kompetensi yang menjadi standar pelatihan tersebut benar-benar telah terpenuhi, sedikit berbeda dengan pelatihan yang bukan berbasis kompetensi.  Dalam pelatihan yang tidak berbasis kompetensi, standar dari keberhasilan peserta pelatihan adalah diikutinya pelatihan tersebut sampai dengan tuntas, dan kadangkala lupa untuk mengevaluasi tingkat efektifitas pelatihan tersebut pada individu peserta latih.  Bahkan apabila dibuatkan evaluasinya pun, proses evaluasi hanya dijalankan pada saat pelatihan itu sendiri dilaksanakan.  Proses setelah pelatihan tersebut, kadangkala tidak menjadi bagian yang penting dalam suatu proses evaluasi.

Sehingga tidak salah, apabila perusahaan melihat bahwa pemberian pelatihan kepada karyawannya adalah suatu hal yang sia-sia belaka.  Mengapa demikian karena hanya melihat nilai yang didapat pada pelatiha hanya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah pelatihan, setelah itu menjadi suatu slogan ataupun jargon belaka.  Paling tidak memenuhi CV dari karyawan itu sendiri, yang berguna untuk peningkatan karirnya sebagai individu, namun bagaimana dengan perusahaan itu sendiri.  Lalu apa manfaatnya?  Berdasarkan dari pemikiran inilah maka dilakukan proses analisis untuk melakukan proses pengembangan terhadap metode dan program pelatihan, dan jawabannya adalah program pelatihan berbasis kompetensi.

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

Langkah-langkah apa yang perlu untuk dikembangkan untuk mengembangkan dan mengelola Pelatihan Berbasis Kompetensi?

Langkah pertama, menyusun unit kompetensi

Dari setiap jabatan atau posisi pekerjaan yang ada dalam organisasi, sebaiknya ditetapkan unit kompetensi yang melekat pada posisi jabatan tersebut.  Khususnya yang berkaitan dengan keahlian, baik itu keahlian khusus maupun keahlian manajerial yang melekat pada aspek interpersonal yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Misalnya: posisi manajer produksi dalam suatu pabrik makanan, diharuskan memiliki unit kompetensi (A) Teknis maintenance —-yang dapat dipecah sesuai dengan karakteristik industri yang ada dalam perusahaan (B) Interpersonal- seperti leadership—-yang dapat dipecah dalam beberapa kategori kompetensi dan lain-lain.  Proses ini kadangkala membutuhkan waktu dan kerja tim yang solid.  Sebab tidak mudah untuk dilakukan proses penetapan unit kompetensi dalam suatu organisasi, khususnya apabila karakteristik dalam organisasi tersebut memiliki ruang lingkup usaha yang sangat luas dan besar.

Langkah kedua, menyusun silabus dari materi pelatihan

Hal yang menarik dari menyusun silabus pelatihan, pertama-tama setiap pengelola pelatihan diharuskan terlebih dahulu merusumuskan jenis pelatihan berdasarkan unit kompetensi yang akan dipenuhi.  Apakah bisa dalam satu pelatihan, proses pemenuhan unit kompetensi melebihi satu unit kompetensi yang akan dikembangkan?

Bisa saja, misalnya dalam pelatihan teknik pendingin, dimana selain mengajarkan teknis dari proses operasional alat pendingin tersebut, bisa juga sampai dengan pengembangan untuk aspek K-3 maupun pada proses 5S yang digunakan untuk memenuhi unit kompetensi etos kerja dan team work.

Langkah ketiga, menyusun materi dan program training

Setelah silabus terbentuk dan sudah secara detail menjelaskan unit kompetensi mana yang akan didetailkan dalam materi dan program pelatihan tersebut.  Kembangkan materi sesuai dengan outline yang ditetapkan dalam silabus yang telah disusun sebelumnya.  Ada baiknya untuk memastikan adanya proses verifikasi yang tepat terkait dengan pengembangan program pelatihan yang dimaksud.

Langkah keempat, mengembangkan evaluasi program pelatihan

Pastikan tersedianya sistem optimalisasi program evaluasi yang tepat dari kegiatan pelatihan yang dimaksudkan tersebut.  Kembangkan sistem evaluasi dan penilaian yang terkait dengan kompetensi, seperti program penerapan assessment yang dijalankan dalam perusahaan.  Tujuan proses ini adalah untuk memastikan bahwa pelatihan yang telah diaplikasikan relevan dengan konsep kompetensi yang ditetapkan dalam perusahaan.

Menarik dan sangat memberikan manfaat bagi perusahaan apabila program pelatihan berbasiskan kompetensi ini dijalankan.  Perusahaan sebaiknya memastikan bahwa manajemen operasional dan pengembangan pelatihan dapat dijalankan secara tepat dan efektif dalam perusahaan itu sendiri.  Manfaat yang terbesar tentunya peningkatan produktivitas bagi perusahaan itu sendiri. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Pentingnya Perusahaan dalam Menjalankan Inovasi

Dalam era kompetisi bisnis yang ketat dan kuat, menjadi suatu bentuk keharusan untuk memastikan bahwa perusahaan harus menerapkan Sistem Manajemen Inovasi yang kuat baik itu secara internal dan eksternal.  Ketika dalam suatu program konsultasi dijalankan, banyak manajer yang mengalami kesulitan yang sangat berarti ketika program inovasi ini akan dijalankan dalam perusahaan.  Mengapa ini terlihat sulit? Seperti apakah jenis inovasi yang harus dijalankan dalam perusahaan itu sendiri?

Banyak perusahaan melihat inovasi adalah perubahan produk, apabila kita melihat pada sektor industri barang, dimana inovasi adalah konsep untuk membuat produk baru yang memberikan suatu keunikan dan suatu sensasi baru yang menarik dan seharusnya menjadi suatu bentuk TALK OF THE DAY dari setiap orang.  Lalu perusahaan lainnya melihat inovasi adalah perubahan pelayanan, seperti mengganti logo dari karyawan, mengganti TAGLINE dari perusahaan, mengubah warna seragam dan bahkan merubah lay out dari bisnis.

Banyak perusahaan berusaha keras untuk menjelaskan kepada konsumennya bahwa inovasi telah dijalankan dalam perusahaan dan semuanya bertujuan untuk memastikan kepuasan pelanggan tercapai.  Namun apakah hanya sebatas itu inovasi dapat dijalankan?

Kembali lagi ke dalam internal perusahaan, sudahkan dikembangkan konsep pengembangan inovasi kepada setiap unit kerja.  Contoh kasus menarik yang ditemukan dalam suatu konsep pencegahan kecelakaan kerja di dalam perusahaan.  Dimana perusahaan mengalami permasalahan adanya kecelakaan kerja yang muncul setiap harinya dan hal tersebut menyebabkan adanya kerugian yang cukup besar dari pengembangan bisnis manajemen perusahaan itu sendiri.  Proses produksi terhambat, adanya produktivitas karyawan yang menurun akibat penurunan fungsi psikologis dan hal teknis lainnya yang dapat secara signifikan menghambat bisnis.

Manajemen merumuskan untuk membuat konsep SUMBANG SARAN dimana setiap saran yang sifatnya inovasi dan sangat signifikan untuk mengurangi kecelakaan kerja dapat diimplementasikan dan dikembangkan secara bisnis.  Lalu dibentuklah tim panitia evaluasi untuk proses pengembangan sumbang saran ini, ide yang kreatif dan inovasi akan diberi penghargaan yaitu adanya pembubuhan nama individu yang ada dalam pemberian ide tersebut ke dalam SOP ataupun proses yang dijalankan.

Hal ini ternyata secara signifikan dapat menurunkan kecelakaan kerja dan yang lebih menarik proses implementasi yang dikembangkan dalam perusahaan lebih cepat teraplikasikan.  Sangat menarik karena organisasi mau dengan rendah hati belajar kepada seorang individu karyawan.  Inilah nilai essensial yang paling terpenting dalam program penerapan Inovation Management System dalam bisnis perusahaan.  Kenapa tidak Anda memulainya dari sekarang? Lakukan proses pencarian referensi eksternal yang tepat untuk mengembangkan dan mengoptimalkan Inovation Management System dalam Perusahaan Anda. (amarylliap@gmail.com, 08129369926)

Evaluasi dan Perumusan Standar Kompensasi dalam Perusahaan

Banyak perusahaan yang melupakan proses penetapan pentingnya untuk melakukan proses perumusan yang tepat bagi standar kompensasi yang ada dalam perusahaan.  Contoh kasus menunjukkan bahwa standar kompensasi dalam perusahaan secara umum terbentuk akibat adanya proses negosiasi awal ketika seorang individu pekerja akan masuk menjadi karyawan dalam perusahaan tersebut, kemudian berjalan seiringnya waktu kenaikan dijalankan oleh manajemen berdasarkan aspek subyektifitas dan obyektifitas yang tersistematis yang kemudian mengakibatkan adanya pembengkakan gaji karyawan dan yang lebih memperparah keadaan adalah kondisi bahwa kompensasi tidak berjalan seiring dengan produktivitas yang terbentuk dalam perusahaan itu sendiri.

Penetapan dan perumusan standar kompensasi yang tepat dalam perusahaan, sebaiknya ditetapkan dalam perusahaan sebelum perusahaan tersebut berkembang menjadi besar.  Acuan kompensasi serta sistematika dari peningkatan gaji harus dipertimbangkan secara tepat sehingga besaran budget akan berjalan seiring dengan output produktivitas.

Tahapan proses perumusan standar kompensasi yang tepat dalam perusahaan dapat dijalankan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Melakukan proses analisis jabatan

Menetapkan dan menyusunan evaluasi yang lengkap dan tepat terkait dengan proses analisis jabatan.  Kegiatan dan fungsi analisis jabatan yang dijalankan tersebut harus sesuai dengan uraian pekerjaan yang ditetapkan dalam perusahaan.  Tetapkan beban kerja untuk kemudian menghasilkan indeks dari analisis jabatan yang dimaksudkan tersebut.

(2)  Penetapan analisis pasar

Lakukan proses analisis pasar yang terkait dengan standar gaji yang ada dalam perusahaan.  Lakukan proses perumusan dan penetapan yang terkait dalam standar kompensasi yang dimaksud untuk memastikan bahwa penetapan kompensasi tidak melebihi standar gaji yang ada dalam pasaran.  Hal ini untuk menjaga tingginya turn over dari karyawan

(3) Pemasahan unsur kompensasi yang tepat

Lakukan pembentukan komponen gaji ke dalam bentuk gaji pokok, tunjangan dan fasilitas.  Penetapan dan perumusan ini harus dipastikan sesuai dengan prestasi dan output kinerja dari fungsi jabatan yang dimaksud.

Lakukan evaluasi penetapan gaji yang ada dengan mengkaitkan dengan sistem manajemen unjuk kerja (KPI/ Key Performance Indicator) dimana proses penetapan dan optimalisasi dari perumusan ini harus dapat dipastikan memenuhi standar kompensasi yang tepat dan optimal dalam perusahaan.Konsep sistem manajemen unjuk kerja ini dikembangkan untuk menjaga keseimbangan antara performa dan kompensasi.  Susun SOP dan skema pengembangan kompensasi yang tepat dalam perusahaan (amarylliap@gmail.com, 08129369926)